Thursday, March 27, 2014 0 comments

Desain Kaos Jombang

KaKuKaJo = KAos KU KAos JOmbang

Kaos  Jombang “Cak Besut”Cak Besut

Kaos Jombang “Ringin Conthong”

Ringin Conthong

Kaos Jombang “I Love Jombang”

I Love Jombang

Raglan I Love Jombang

Kaos Jombang Couple

Kaos Jombang

Kaos Jombang 1

Kaos Jombang “Titik 0 Km Jombang”

Titik 0 Km Jombang

0 comments

KAOS JOMBANG

KaKuKaJo = KAos KU KAos JOmbangKaos Jombang

Kaos Jombang berkualitas “KaKuKaJo” menjual kaos distro dengan design menarik yang menunjukkan ciri khas dan budaya Jombang. KaKuKaJo di buat untuk mengangkat kesenian dan ciri khas Jombang. Dengan begitu kami bisa mengekspresikan kecintaan terhadap Jombang dan menunjukkan serta mengenalkan kota Jombang.

Kaos distro yang kami jual adalah  kaos I Love Jombang, Ringin Conthong, Cak Besut. kaos kami sangat bergaya dan munurut trend saat ini.  Semuanya dengan harga yang murah/kompetitif dan kualitas bahan dan desain yang bisa bikin kamu “nendang”! Ayo warga Jombang bangga dengan mengenakan Kaos Jombang. Buruan merapat ya!!! Open order untuk reseller, distributor maupun eceran.

Kaos Jombang “KaKuKaJo” yang kami jual menggunakan kain kualitas tinggi dan  sablon manual (Superwhite, Rubber, Platisol, etc). Untuk hasilnya gak usah di ragukan dengan harga yang kompetitif

Design kaos sendiri, juga kami tawarkan karena kami tidak hanya menggunakan design kami sendiri. Mungkin bisa menggunakan nama negara atau kota lainnya. Selain itu juga kami menyediakan jasa pembuatan kaos, jaket, hoodie, jumper dalam jumlah besar atau eceran (satuan).

Untuk pemesanan, telepon atau SMS, WA ke 082 226 842 189, PIN BB: 239 4A0 C3 (FULL TIME 24 JAM)

0 comments

Teknik Memulai dan Menyimpul Sulam Pita

Sebelum menyulam, siapkan pita secukupnya, jangan terlalu panjang karena ketika disulamkan pita mudah kusut.

1. Guntinglah ujung pita hingga meruncing, masukkan kedalam lubang jarum.

2. Tusukkan jarum kira-kira 0,5 cm dari ujung yang meruncing.

3. Tarik pita dengan tangan kiri sementara tangan kanan menahan jarum.

4. Tarik terus hingga pita tersimpul rapat dilubang jarum.

5. Pada ujung pita yang sebaliknya, cukup disimpul mati.

Cara Menyimpul Sulam Pita

- Menyimpul

Ketika bunga sudah terbentuk atau pita kurang panjang maka kita harus mengakhiri sulaman. Sisa pita cukup disimpul mati dengan rapat, tetapi tetap harus dijaga agar pita tidak tertarik. Jika kita terlalu kencang menarik maka akan mengubah bentuk sulaman yang terakhir kita buat.clip_image010simpul sulam pita

simpul sulam pitaclip_image009

0 comments

BAHAN SULAM PITA

Bahan

Ø Pita

Pita merupakan bahan dasar kita dalam menyulam. Pita tersedia dalam berbagai variasi berdasarkan jenis dan ukurannya.clip_image002

Ø Pita satin

Bahannya sedikit tebal, seratnya rapat, dan warnanya mengkilat. Pita satin tersedia dalam berbagai macam warna dan ukuran, yaitu: 2 inci, 1 inci, ½ inci, ¼ inci dan 1/8 inci. Berdasarkan karakteristiknya pita satin agak kaku.

Ø Pita organdi

Bahannya tipis agak ringan, transparan, dan seratnya renggang. Terdiri dari berbagai macam warna dan ukuran yang sama dengan pita satin.Karakteristik pita ini lebih lembut memudahkan untuk menyulam. Pita organdi tersedia dalam berbagai variasi ada yang berlipitkan emas dan perak.

Ø Pita sutera organdi

Karakteristik pita sutera organdi menyerupai pita organdi tetapi bahannya sangat lembut, mudah disulamkan dan terkesan sangat mewah.

Ø Benang sulam

Dipergunakan untuk membuat batang dan tangkai daun agar terkesan lebih rapid an cantik.

Ø Kain

Pada dasarnya semua jenis kain memungkinkan untuk kita sulam. Kain yang bertekstur renggang sangat mudah disulam tetapi yang bertekstur rapat pun dapat kita siasati.

0 comments

ALAT SULAM PITA

Alat

Ø Jarum

Jarum yang cocok dipergunakan adalah jarum chenille. Jarum tajam dengan batang besar dan lubang lebar dengan nomor 15 – 18.clip_image002[6]

Ø Besi runcing

Untuk mempermudah menyulam dikain bertekstur rapat, kita mempergunakan besi runcing atau benda runcing lain yang dapat berfungsi untuk mencoblos kain dan pita.

Ø Pembidangan

Pembidangan dipergunakan untuk membentangkan kain. Kain yang terbentang kaku akan lebih memudahkan menarik pita, terutama jika kita menggunakan kain bertekstur rapat dan pita yang berukuran besar.

Ø Solder

Agar hasil sulaman pita tahan lama meskipun sering dipakai dan dicuci, setelah selesai dibuat, sisa pita dibagian belakang dibakar menggunakan solder.

Ø Alat lain

Meliputi peralatan yang umum kita pergunakan untuk menyulam, diantaranya gunting, pensil, kertas untuk membuat pola dan karbon kain untuk menjiplak pola pada kain (jika diperlukan).

Friday, March 14, 2014 0 comments

Contoh Review Jurnal:

The evaluation of depigmenting efficacy in the skin for the

development of new whitening agents in Korea

Review Artikel

Evaluasi keberhasilan depigmenting dalam kulit untuk pengembangan agen whitening baru di Korea

K. H. Son * dan M. Y. Heo †
* Kosmetik Divisi Evaluasi, Korea Food and Drug Administration, Osong Kesehatan Administrasi Complex, 187 Osongsaengmyeong
2 (i)-ro, Osong-eup, Cheongwon-gun Chungcheongbuk-do, 363-700, Korea dan † College of Pharmacy, Kangwon National University, Chunchon
200-701, Korea

Diterima 21 Mei 2012, Disetujui 30 September 2012
Kata kunci: kosmetik, efek depigmenting, melanin, melanosit, tyrosinase

Ringkasan
Dalam ulasan ini, metode evaluasi untuk pemutaran depigmenting substrat yang diselidiki. Untuk tujuan ini, evaluasi metode tirosinase, enzim kunci biosintesis melanin, adalah yang paling sering digunakan, tetapi metode evaluasi berdasarkan peraturan transfer faktor sinyal seluler atau penghambatan melanosom mentransfer juga telah dikembangkan. Evaluasi depigmenting efek menggunakan melanosit yang kompleks. Ini memiliki keuntungan menjadi mampu menganalisis efek keseluruhan pada melanin biosintesis pada tingkat seluler. Sebelum uji klinis final depigmenting agen, dalam pengujian in vitro harus dilakukan untuk mengkonfirmasi efikasi dan keamanan depigmenting. Studi klinis untuk depigmenting agen dapat digunakan untuk menyelidiki pencegahan biosintesis melanin dan untuk menentukan apakah melanin menghilang dari kulit. Oleh karena itu, protokol yang paling sesuai harus digunakan, tergantung pada mekanisme aksi agen depigmenting.

Pengantar
Dengan perbaikan dari standar hidup di dunia global, lebih banyak orang mulai untuk mengejar kesejahteraan dan keindahan dalam bidang kesehatan , pangsa pasar produk yang membantu orang menyadari kesejahteraan dan kecantikan telah berkembang. Bahkan di pasar kosmetik , banyak produk fungsional seperti yang dikembangkan untuk melembabkan kulit, memutihkan kulit, perawatan kerut, anti - penuaan, perawatan jerawat, mengurangi selulit dan meningkatkan atopik kulit telah diluncurkan. Fenomena tersebut telah sering mengakibatkan menyesatkan, iklan membingungkan untuk produk medis untuk melindungi konsumen dari kegiatan promosi seperti menyesatkan, Pemerintah Republik Korea telah mengesahkan Kosmetik
Act dan mendefinisikan lingkup kosmetik fungsional sebagai berikut: kosmetik
produk untuk kulit efek pemutih , produk kosmetik untuk perawatan kerut dan produk kosmetik untuk perlindungan kulit dari sinar UV sinar. Sebagai evaluasi kosmetik fungsional diperkenalkan sesuai ke Korea Kosmetik Act ( 2000) , banyak kegiatan penelitian untuk menyaring zat fungsional baru telah diaktifkan di Industri kosmetik Korea.

Secara khusus , kategori whitening produk membuat naik 22,4 % dari pasar kosmetik fungsional lokal pada tahun 2011 , yang menunjukkan bahwa itu adalah salah satu kosmetik yang kategori paling penting di Republik Korea [ 1 ]. fenomena ini akibat dari gagasan tradisional Korea bahwa kulit putih faktor yang paling penting dalam keindahan. Senyawa depigmenting ideal harus memiliki khasiat yang ampuh , cepat dan efek pemutih selektif pada melanosit hiper - aktif, dampak jangka pendek atau efek samping jangka panjang, dan menyebabkan permanen penghapusan pigmen yang tidak diinginkan , yang bertindak atas satu atau lebih dari langkah-langkah proses pigmentasi. Dalam perjalanan skrining fungsional seperti zat, berbagai in vitro dan atau in vivo untuk menentukan efikasi dan keamanan harus dilakukan. Untuk mencari agen depigmenting baru, penting untuk memahami proses dan mekanisme pigmentasi. Epidermal dan dermal pigmentations, seperti melasma, flek-flek dan solar lentigo, adalah terkait dengan peningkatan jumlah melanosit dan aktivitas enzim yang terlibat dalam produksi melanin [ 2 , 3 ]. Melanosit, yang sel-sel yang memproduksi melanin, bergerak dari puncak saraf embrio pada kulit, di mana mereka dibedakan untuk membentuk melanosomes. Melanin disintesis di melanosomes bergerak ke ujung dendritik melanosit. Para melanosomes kemudian ditransfer ke keratinosit dan menghilang dengan pengelupasan keratin.

Sebagai hasil dari peran penting yang dimainkan oleh tirosinase dalam biosintesis melanin , kebanyakan agen depigmenting bertindak khusus untuk mengurangi fungsi enzim ini melalui beberapa mekanisme : ( i ) interferensi dengan transkripsi dan / atau glikosilasi , ( ii ) penghambatan oleh modalitas yang berbeda , ( iii ) pengurangan oleh - produk dan ( iv ) pasca-transkripsi kontrol [ 4, 5 ].Meskipun agen depigmenting mungkin sangat efektif , harus bebas dari masalah keamanan jika harus dibuat tersedia secara komersial. Agen depigmenting digunakan dalam pembuatan fungsional kosmetik harus memiliki karakteristik keamanan yang baik. Sebagai contoh, hydroquinone , asam retinoat dan senyawa merkuri organik memiliki efek pemutihan baik, tapi penggunaannya dalam produk kosmetik adalah dilarang di Republik Korea karena masalah keamanan [ 6 ] . Singkatnya , perlu untuk melakukan studi keselamatan di skrining awal tahap bersama-sama dengan penelitian khasiat . Studi keselamatan yang diperlukan untuk pengembangan produk kosmetik termasuk toksisitas akut , toksisitas subakut dan kronis , kulit dan iritasi mukosa , kepekaan kulit , karsinogenisitas , reproduksi toksisitas dan studi genotoxicity . Selain itu, mereka dapat diklasifikasikan dalam tes in vitro , in vivo dan studi Patch manusia dalam hal metodologi . Di masa lalu , dalam studi in vivo didasarkan pada hewan tersebut seperti tikus , tikus atau marmut terutama dipekerjakan . Namun, penyebaran gerakan kesejahteraan hewan telah mengakibatkan penurunan dalam jumlah studi hewan . Sebuah undang-undang langkah-demi - langkah larangan yang menyatakan studi hewan yang menggunakan bahan baku untuk produk kosmetik diberlakukan di Eropa [ 7 ] . Akibatnya , alternatif dalam metode in vitro secara aktif sedang dikembangkan . Dalam ulasan ini , berbagai metode dan mekanisme untuk menunjukkan efikasi agen depigmenting dibahas dan paling efisien dan metode standar yang dapat digunakan untuk menyaring depigmenting agen diselidiki . Untuk tujuan ini , berbagai metode yang dapat digunakan untuk mengevaluasi efikasi dan keamanan serta Mekanisme kerja dari agen depigmenting sehubungan dengan formasi , gerakan dan degradasi melanin yang diidentifikasi dari literatur yang diterbitkan .

Evaluasi Efikasi Agen Depigmenting

Metode untuk evaluasi efikasi agen depigmenting termasuk tes in vitro , in vivo dan uji klinis . In vitro tes fokus pada seleksi agen depigmenting melalui investigasi mekanisme untuk aktivasi atau inhibisi faktor sinyal transfer atau enzim yang terlibat dalam pembentukan melanin . Sebuah laporan adalah baru-baru ini diterbitkan pada metode evaluasi yang mempekerjakan mekanisme menghambat transfer melanosomes yang dibentuk oleh melanosit ke keratinosit [ 8 , 9 ] . Untuk studi klinis , ultraviolet ( UV ) sinar radiasi untuk menginduksi pigmentasi . Dan pengukuran dari efek pemutihan dilakukan untuk ini berpigmen daerah . Agen depigmenting diterapkan untuk individu dengan berpigmen lesi , dan kemudian , pengukuran efek pemutihan
dilakukan. Dalam uji in vitro agen depigmenting Metode in vitro pengujian yang digunakan untuk evaluasi depigmenting agen dapat dibagi menjadi orang-orang bertindak sebelum, selama dan sesudah biosintesis melanin ( Tabel I) [ 4 , 10 ] . Karena dalam metode uji in vitro yang bertindak sebelum biosintesis melanin , efek dari agen depigmenting dapat dievaluasi sesuai dengan ekspresi atau aktivitas faktormenekan MITF , ERK atau biosintesis melanin sinyal transfer lainnya faktor [ 11-13 ] . Karena dalam metode uji in vitro yang bertindak selama melanin biosintesis , mekanisme menghambat enzim yang langsung terlibat dalam biosintesis seperti tirosinase , TRP - 1 , TRP – 2 dan dopachrometautomerase atau kegiatan eliminasi ROS dapat dievaluasi . Melanins dihasilkan oleh melanosit diangkut dari melanosomes ke keratinosit dan kemudian menyebabkan epidermis pigmentasi . Oleh karena itu, salah satu laporan menggambarkan pemutaran depigmenting agen dengan mengevaluasi penghambatan melanosom Gerakan [ 8 ] .

Selain itu, untuk evaluasi in vitro agen depigmenting , sebuah metode untuk mengukur jumlah melanin yang terbentuk melalui sel budaya digunakan secara luas . Metode ini memiliki keuntungan menganalisis efek keseluruhan pada sistem produksi melanin intraseluler , terlepas dari mekanisme aksi , sehingga banyak digunakan segera sebelum in vivo .

Peraturan transfer sinyal seluler

Prinsip . Selain evaluasi efek pemutihan melalui penghambatan langsung tirosinase , penelitian untuk mengevaluasi depigmenting agen melalui peraturan transfer sinyal seluler faktor yang terlibat dalam produksi melanin telah dicoba . sekarang diketahui bahwa biosintesis melanin dimulai ketika sinyal yang disebabkan oleh Sinar UV atau hormon , seperti - MSH , yang ditransfer ke seluler faktor untuk mendorong ekspresi tirosinase .

Merangsang faktor-faktor seperti - MSH dan forskolin , yang menginduksi melanin bertindak produksi untuk meningkatkan konsentrasi intraseluler cAMP , mengaktifkan PKA dan memfosforilasi CREB untuk mengikat dengan CRE , yang menyebabkan peningkatan ekspresi MITF , transkripsi faktor . MITF mengatur ekspresi tirosinase , enzim yang menentukan tingkat biosintesis melanin . Peningkatan ekspresi tirosinase kemudian mendorong produksi melanin . Oleh karena itu , evaluasi ekspresi MITF akan memungkinkan skrining efisien depigmenting agen .

Diketahui bahwa MITF merupakan faktor transkripsi yang mengatur proliferasi, kelangsungan hidup dan pigmentasi melanosit [ 14 , 15 ] .
Pengukuran jumlah MITF menyatakan : The ditangguhkan sel dikenakan penentuan protein , setelah itu , 10 lg dari protein per sampel dipisahkan dengan SDS - oliakrilamida gel elektroforesis .

Protein dipisahkan yang teradsorpsi ke nitroselulosa membran PVDF atau lembaran, dan susu kering digunakan untuk pemblokiran membran pada suhu kamar selama 1 jam. Antibodi spesifik MITF sebagai antibodi primer ditambahkan dan diinkubasi pada suhu di bawah 4 ° C selama 16 jam dengan gemetar . Setelah dicuci, sekunder antibodi dengan enzim terikat ditambahkan untuk menginduksi mengikat dan diinkubasi selama 2 jam . Film ini kemudian terkena pendaran dihasilkan oleh reaksi enzim , dan densitometer yang digunakan untuk uji protein target . Antibodi aktin diperlakukan sesuai dengan prosedur tersebut. Aktin nilai assay digunakan untuk mengoreksi jumlah.

Top of Form

Statistik : Kelompok kontrol dan kelompok - MSH yang diobati digunakan sebagai
kontrol positif . Tingkat penurunan dalam - MSH –induced MITF berekspresi dengan sampel diukur . Prosedur ini diulangi lebih dari tiga kali . Ketika analisis statistik menunjukkan hasil penurunan yang signifikan , sampel dianggap memiliki depigmenting efek .

Tirosinase uji inhibisi

Prinsip . Tirosinase adalah enzim yang terlibat dalam sebagian besar Tingkat penentu penting langkah dalam biosintesis melanin . melanogenesis diprakarsai oleh tirosin yang dimetabolisme menjadi DOPA dan maka dopaquinone oleh tirosinase . Reaksi pertama adalah ratedetermining langkah melanogenesis .

Tirosinase memiliki berbagai bentuk , termasuk mettyrosinase , oxytyrosinase dan deoxytyrosinase . Oxytyrosinase merupakan bentuk aktif , sedangkan deoxytyrosinase merupakan bentuk tidak aktif [ 18 , 22 , 23 ] .

Fungsi tirosinase berkaitan erat dengan penyakit . dalam hewan penelitian , gangguan dalam biosintesis melanin telah ditemukan untuk menyebabkan kondisi warna melanin abnormal seperti vitiligo atau hiperpigmentasi .

Dalam kasus yang parah , kanker kulit dapat mengakibatkan dari seperti gangguan [22]. Oleh karena itu , studi tentang inhibitor tirosinase sangat penting untuk pengembangan obat baru untuk pengobatan pewarnaan melanin normal serta kosmetik fungsional
dimaksudkan untuk menghasilkan efek depigmenting .

Metode yang digunakan untuk menilai tingkat penghambatan tirosinase secara luas digunakan dalam skrining agen depigmenting . Seperti itu mudah digunakan dan dapat diterapkan untuk mengevaluasi banyak sampel di saat yang sama , hal ini dianggap sebagai metode yang paling tepat untuk skrining awal zat kandidat . Metode ini , yang merupakan berdasarkan reaksi enzim - substrat , adalah untuk mendorong reaksi tirosin dan tirosinase untuk jangka waktu tertentu dan untuk mengukur jumlah produk setelah reaksi .
Metode . Jamur tirosinase [ 23 ] , melanoma tirosinase [ 24 ] atau melanosit manusia tirosinase [ 25 ] dapat digunakan . Secara umum, jamur tirosinase banyak digunakan karena mudah untuk mendapatkan . Dopa dapat menjadi produk akhir untuk pengukuran , tetapi tidak banyak dipekerjakan karena kebutuhan untuk penggunaan isotop radioaktif .
HPLC [ 26 ] , metode lain yang dapat digunakan untuk mengukur Dopa, adalah tidak sering digunakan karena memerlukan waktu yang lama untuk menganalisa sampel banyak . Metode yang paling tepat digunakan untuk mengukur dopachrome , salah satu produk reaksi, adalah untuk melakukan spektrometri pada 475 nm [ 27 ] atau 490 nm [28].
Secara umum, metode uji uji inhibisi tirosinase dilakukan sebagai berikut [ 29 ]. Sampel dilarutkan dalam etanol atau lainnya sesuai pelarut dan diencerkan dengan konsentrasi yang tepat range untuk penghambatan tirosinase . Ini pengenceran digunakan sebagai larutan uji ( setidaknya lima konsentrasi ) . Kemudian , 220 lL 0,1 M
dapar fosfat ( pH 6,5 ) , 20 lL larutan uji dan 20 lL dari jamur tirosinase (1500-2000 U mL

a : absorbansi larutan kosong setelah reaksi .
b: absorbansi larutan uji setelah reaksi .
a 'dan b ' : absorbansi ketika diuji dengan penambahan buffer bukannya tirosinase .

Dopa auto - oksidasi uji inhibisi

Uji ini digunakan untuk mengukur oksidasi DOPA dihambat oleh tirosinase . Metode ini mirip dengan tirosinase tersebut uji inhibisi , kecuali ia termasuk penggunaan dopa sebagai substrat.

Penjelasan metode ini berikut [ 30 ] . Sampel dilarutkan dalam etanol atau pelarut yang sesuai , yang diencerkan dengan penyangga yang tepat , seperti 0,1 M buffer fosfat ( pH 7,0 ) , untuk mencapai kisaran yang tepat untuk konsentrasi penghambatan Dopa oksidasi . Ini pengenceran digunakan sebagai larutan uji ( setidaknya lima konsentrasi ) . Kemudian , 850 lL 0,1 M buffer fosfat ( pH 7,0 ) , 50 lL larutan uji dan 50 lL jamur tirosinase(1500-2000 U mL) ( atau tirosinase manusia) yang ditambahkan ke dalam tes
tabung dalam urutan ini , dan reaksi dilakukan pada suhu 37 ° C selama 6 min . Lima puluh microlitres 0,06 mM L - dopa ( L - 3 ,4 - dihydroxyphenylalanine ) larutan ditambahkan pada larutan ini , dan reaksi dilakukan pada suhu 37 ° C selama 1 menit . Absorbansi tersebut kemudian diukur pada 475 nm dengan pembaca lempeng . Untuk solusi kosong , 0,1 M dapar fosfat ( pH 7,0 ) ditambahkan , bukan larutan uji . itu
konsentrasi larutan uji menunjukkan aktivitas penghambatan 50 % ( IC50 ) kemudian dihitung menggunakan program yang tepat . tergantung pada kondisi , tes ini dapat ditingkatkan atau bawah yang diperlukan. Arbutin atau etil ascorbyl eter dapat digunakan sebagai kontrol positif . Dopa oksidasi inhibitionð % Þ ¼ 100 ? ðAbsorbance uji solutionÞ = ðAbsorbance dari kosong solutionÞ ? 100

Dopachrometautomerase uji inhibisi

Prinsip . Dalam biosintesis melanin , tirosin diubah menjadi dopaquinone oleh tirosinase . Dengan adanya sistein , dopaquinone menghasilkan cysteinyldopa , yang akhirnya mengarah ke produksi pheomelanin [ 31 ] . Namun, dengan tidak adanya sistein , dopaquinone mengubah ke pembangkit non - enzimatik dopachrome .

Uji anti – oksidasi

Prinsip . Antioksidan dapat memiliki efek depigmenting dengan berinteraksi dengan o - kuinon , sehingga menghindari polimerisasi oksidatif intermediet melanin , atau dengan tembaga di situs aktif . Selain itu , antioksidan , dengan pembilasan ROS dihasilkan di kulit berikut paparan UV , dapat menghambat kemungkinan utusan kedua yang dapat merangsang melanogenesis epidermal baik secara langsung maupun tidak langsung [ 34 , 35 ] .

Evaluasi depigmenting efek menggunakan melanosit

Prinsip . Metode yang digunakan untuk evaluasi depigmenting Efek menggunakan melanosit adalah sistem penyaringan yang mensimulasikan Kondisi yang mirip dengan kondisi intraseluler dibandingkan dengan in vitro tes aktivitas enzim atau anti - oksidasi dan memiliki keuntungan dari mampu menganalisis efek keseluruhan pada biosintesis melanin melanosit . Namun, karena metode ini sangat kompleks dan memakan waktu ,
diyakini bahwa metode ini sesuai untuk konfirmasi evaluasi sampel yang awal disaring dengan assay aktivitas enzim .

Evaluasi efek depigmenting menggunakan melanosit dapat dilakukan dengan mengukur aktivitas tirosinase intraseluler atau jumlah melanin intraseluler yang dihasilkan . Berbagai metode yang digunakan tergantung pada jenis lini sel , kondisi budaya dan
metode evaluasi . Tabel berikut merangkum melanosit dan kondisi budaya yang sering digunakan ( Tabel II ) .

Kultur melanosit hanya memungkinkan peneliti untuk mengevaluasi efek pada jumlah produksi melanin dalam melanosit , sedangkan itu tidak mempertimbangkan efek pada sinyal ekstraseluler mentransfer . Oleh karena itu, kokultur melanosit - keratinosit dan berbudaya Metode kulit tiga dimensi telah dikembangkan . Namun , metode tersebut tidak banyak digunakan karena mereka mahal dan membutuhkan kondisi yang sulit untuk dicapai.

Melanosom transfer Penghambatan Uji

Prinsip . Melanins disintesis dalam melanosomes melanosit pindah ke ujung dendritik melanosit . Kemudian , dendritik berakhir mengandung melanosomes ditransfer ke keratinosit , dan keratin yang jatuh dan menghilang .
Meskipun transfer melanosomes sangat dipengaruhi oleh hormon atau sinar UV , faktor yang paling penting adalah satu genetik .


Uji Klinis untuk kulit agen depigmenting

Melasma adalah disfungsi sistem pigmen , mengakibatkan tidak teratur coklat atau cokelat keabu-abuan wajah hiper - melanosis . meskipun dapat terjadi pada kedua jenis kelamin dan semua jenis kulit , itu lebih sering terlihat pada wanita [ 48 ] dan mereka yang berkulit gelap – Fitzpatrick jenis kulit IV sampai dengan VI - terutama mereka yang tinggal di daerah radiasi UV yang intens , seperti Hispanik / Latin , Asia dan Afrika Amerika [ 49-51 ] . Kondisi ini biasanya berkembang secara perlahan dan

Studi klinis dilakukan untuk mengevaluasi efek depigmenting dapat dinilai untuk menyelidiki efek pada penghambatan melanin pigmentasi atau efek pada peningkatan berpigmen kondisi . Subjek manusia berpigmen artifisial oleh Radiasi UV atau memiliki situs hiper - pigmentasi , seperti bintik-bintik , lentigo atau kulit bercak yang dapat diselidiki .

Perubahan warna kulit dapat diukur secara visual oleh para ahli atau instrumental diukur dengan menggunakan peralatan seperti Kromameter . Metode evaluasi visual menggunakan skor sistem untuk menilai tingkat pemutih . Oleh karena itu , penting
untuk mengembangkan - dirancang dengan baik protokol , seperti penilaian obyektif metode dan penggunaan evaluator , untuk mendirikan keandalan hasil . Metode evaluasi berperan memiliki keuntungan dari pengukuran kuantitatif dan obyektif . Namun , hasilnya mungkin tergantung pada ukuran dan kondisi lokasi target dan pengalaman dan keterampilan teknisi . Oleh karena itu, diharapkan menggunakan dua metode secara paralel dan untuk membuat kesimpulan dari hasil kedua metode . Melanosomes pindah ke luar kulit dengan keratinosit dan pada akhirnya sloughed off dengan kulit lainnya . Kapasitas kimia produk peeling ( misalnya asam a - hidroksi ) untuk membubarkan pigmen melanin dan / atau mempercepat pergantian epidermal dapat mengakibatkan kulit keringanan [ 57 , 58 ] . Uji klinis dari tingkat turnover epidermis dapat digunakan untuk evaluasi agen pemutih . Evaluasi kemanjuran pada diinduksi pigmentasi.

Pemilihan subyek . Dewasa pria atau wanita sehat, berusia 18 hingga 60 tahun , biasanya dipilih sebagai subyek untuk klinis pada manusia studi . Pada prinsipnya , mereka dengan Fitzpatrick tipe I- III lebih disukai , tetapi mereka dengan jenis III dan IV juga dapat dimasukkan . pencahayaan UVB harus disimpan ke minimum . Mereka yang kesehatan kondisi status, atau kulit dapat mempengaruhi hasil dan wanita yang
sedang hamil atau menyusui harus dikeluarkan . Selain itu, mereka yang pernah mengalami reaksi negatif terhadap gangguan sinar matahari , kulit atau gejala kulit abnormal seperti eritema dan hitam bintik-bintik , yang dapat mempengaruhi interpretasi hasil , harus dikecualikan .

Jumlah mata pelajaran . Jumlah mata pelajaran harus dipilih lebih dari 20 data yang valid menunjukkan untuk memungkinkan perbandingan statistik . Jika kelompok kontrol yang digunakan, metode double-blind , pada prinsipnya , harus dipekerjakan .
Uji daerah . Bagian belakang atau bagian atas lengan atas , yang jarang terkena sinar UV , biasanya dipilih sebagai situs iradiasi .

Terimbas pigmentasi . Sebuah simulator surya dilengkapi dengan xenon lampu busur memiliki itu sebagai spektrum emisi kontinyu yang mirip sinar matahari dan tidak menunjukkan puncak spesifik atau setara lain sumber cahaya yang digunakan untuk menyinari sinar UV untuk situs yang dipilih . Panjang gelombang di bawah 290 nm harus dihilangkan dengan menggunakan filter yang sesuai . Sumber cahaya harus menjaga intensitas konsisten radiasi selama periode pengujian . Sinar UV 2-3 meds seragam iradiasi , atau setelah iradiasi sinar UV dari 1 MED , yang intensitas dapat disesuaikan tergantung pada tingkat diinduksi pigmentasi .

Contoh aplikasi . Bila tujuannya adalah untuk menyelidiki pencegahan efek , sampel segera diterapkan setelah radiasi UV . Jika tujuannya adalah untuk memperbaiki kondisi pigmentasi diinduksi , sampel diterapkan sekali atau dua kali sehari selama 4-8 minggu dari 2 sampai 3 hari setelah radiasi UV .

Evaluasi depigmenting efek . Situs untuk evaluasi harus tidak mengalami aliran udara , dan suhu konstan dan kelembaban harus dipertahankan . Setelah beristirahat selama minimal 30 menit pada situs , subyek dievaluasi . Tingkat efek depigmenting di situs uji visual diperiksa oleh para ahli untuk membuat skor dan / atau tingkat perubahan warna kulit dapat diukur dengan tepat peralatan, seperti kromameter ( Minolta , Osaka , Jepang ) , DemaSpectrometer ( Cortex Technology , Hadsund , Denmark ) atau Mexameter ( Keberanian - Khazaka Elektronik , Koln , Jerman ) [ 59 ] .

Evaluasi keberhasilan dalam hiper – melanosis

Pemilihan subyek . Mereka yang memiliki pigmentasi , seperti bintik-bintik , lentigo atau kulit bercak , dipilih sebagai subyek . Merujuk pada kriteria dijelaskan dalam 3.1 .
Jumlah mata pelajaran . Jumlah mata pelajaran harus dipilih lebih dari 20 data yang valid menunjukkan untuk memungkinkan perbandingan statistik . Jika kelompok kontrol yang digunakan, metode double-blind , pada prinsipnya , harus dipekerjakan .
Uji daerah . Situs yang menampilkan hiper - pigmentasi , seperti mata rims atau lengan atas , yang dipilih . Jika sebuah peralatan yang digunakan untuk evaluasi, situs iradiasi harus dipilih sementara mempertimbangkan daerah pigmentasi minimum yang dapat diukur dengan peralatan .

Contoh aplikasi . Sampel diterapkan sekali atau dua kali sehari selama 4-8 minggu .
Evaluasi depigmenting efek . Lihat dengan yang dijelaskan dalam 3.1 [ 60 ] .
Evaluasi kemanjuran pada stratum korneum tingkat turnover oleh dansil klorida uji
Relawan pria atau wanita sehat berusia 18 sampai 60 yang terpilih sebagai subyek untuk studi klinis . Wanita yang sedang hamil atau menyusui dikecualikan . Secara umum, subyek harus berada dalam kesehatan yang baik dan tidak dapat memiliki kelainan kulit atau gejala kulit abnormal seperti eritema dan bintik-bintik hitam, yang dapat mempengaruhi interpretasi hasil . Empat situs di bawah kedua lengan yang dipilih untuk aplikasi sampel . Contoh aplikasi dilakukan secara acak cara ( sisi atas dan bawah dari kedua lengan ) . dansil klorida ( 5 - metil - amino - 1 - naftalena - sulphonyl klorida ) yang dicampur dengan petrolatum untuk membuat campuran 5 % . Sebelum sampel aplikasi , 5 % dansil klorida diterapkan ke situs tertentu selama 15 jam dengan menggunakan ditutup Patch . Situs yang dipilih akan sangat digosok dengan menggunakan jari mantel . Sebuah irradiator neon digunakan untuk mengukur tingkat neon pigmentasi . Setelah aplikasi 21 - hari sampel, derajat hilangnya pigmen fluorescent diukur [ 58 ] .

Evaluasi keselamatan agen depigmenting

Salah satu hal penting untuk dipertimbangkan dalam pengembangan depigmenting agen adalah keamanan . Untuk produk obat , karena mereka dimaksudkan untuk mengobati penyakit , mereka dapat berguna jika manfaatnya atau khasiat lebih besar daripada efek sampingnya . Namun, di bidang kosmetik, semua produk yang digunakan untuk tujuan kecantikan. Oleh karena itu , produk yang aman tidak didirikan tidak dapat digunakan , bahkan jika mereka memiliki khasiat yang sangat baik . Oleh karena itu , masalah keamanan harus ditangani dari tahap yang sangat awal dalam pengembangan baru kosmetik zat .

Meskipun negara-negara yang berbeda memiliki cakupan yang berbeda keselamatan
Evaluasi berlaku untuk kosmetik tergantung pada sifat substansi , studi berikut harus dilakukan : toksisitas akut tes, iritasi kulit dan sensitisasi , uji iritasi mata ,
phototoxicity dan uji kepekaan dan tes patch manusia. Di Selain itu , pengujian toksisitas dosis berulang , toksisitas reproduksi , Mutagenisitas / genotoxicity atau tes carcinogenicity mungkin diperlukan , jika perlu .

Ini uji toksisitas dilakukan dengan cara dari studi in vivo atau uji klinis . Oleh karena itu , biaya yang cukup besar dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan studi toksisitas lengkap . Hal ini diinginkan untuk mengadopsi strategi desain yang baik dari tahap penyaringan untuk mengidentifikasi yang studi toksisitas harus dilakukan untuk menjamin efisien dan evaluasi yang efektif agen depigmenting . Untuk memilih yang paling tepat dan studi toksisitas yang relevan , penting untuk memahami
kodrat dan sifat zat . untuk umum bahan kimia , toksisitas diharapkan dapat ditentukan dari berbagai laporan yang diterbitkan pada toksisitas serupa lainnya zat . Sebagai banyak data toksisitas dapat dikecualikan bagi alam zat-zat yang dianggap aman karena mereka telah digunakan secara tradisional , skrining agen depigmenting yang akan digunakan dalam pembuatan produk kosmetik aktif .

Pengakuan
Penelitian ini sebagian didukung untuk menerbitkan Kangwon National
Universitas ( 2011) dan Institut Ilmu Farmasi , Kangwon Universitas Nasional .

Tuesday, March 11, 2014 1 comments

BATIK TULIS KHAS JOMBANG

LOMBA DESAIN BATIK KATEGORI FASHION

“GODONG PLOSO GERDU PAPAK”

image

Judul :Godong PlosoGerdu Papak

Konsep :Mengangkat ciri khas daerah Jombang

Bahan : Katun, (lebar 110 cm dan panjang 250 cm)

Teknik : Batik tulis

Pewarnaan : Alam (Tinggi dan Secang)

Fungsi : Bahan Fashion

Filosofi :

Pohon Ploso (Butea Monosperma) adalah tanaman asli daerah ploso yang sekarang di jadikan nama salah satu kecamatan di jombang. Pohon ini banyak mempunyai kegunaan yaitu sebagai kayu, damar, makanan ternak, obat dan bahan pewarna kain. Getahnya dikenal sebagai bengal kino dan sangat berharga bagi ahli obat karena mengandung astringent dan bagi pekerja kulit karena kandungan samaknya.Cairan dapat digunakan sebagai pestisida yaitu pada bunga yang menarik serangga dapat membunuh serangga termasuk nyamuk.

Daun pada tangkainya berjumlah 3. Yang mempunyai makna memanggil ekspresi, fleksibilitas, dan sukacita yang murni kreativitas. Tiga juga merupakan pengenalan waktu karena merupakan masa lalu, sekarang dan masa depan. Dengan harapan batik sebagai budaya bangsa tetap lestari dan menjadi identitas bangsa pada masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang.

Gerdu Papak merupakan ciri dari daerah Jombang yg terkenal dgn budaya SENI LUDRUK (Besut dan Rusmini).

Warna coklat menunjukkan persahabatan, ketelitian, kedamaian, produktivitas, praktis, kerja keras.

Identitas diri : SMK Negeri 2 Jombang dan Pengerajin Batik Litabena

Monday, March 3, 2014 0 comments

KAJIAN BUSANA KERJA MUSLIM DENGAN BAHAN BATIK JOMBANGAN DITINJAU DARI TEORI STRUKTURALISME DAN KULTURALISME

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Beberapa tahun yang lalu batik selalu dianggap sebagai jenis busana yang kuno, yang dipakai orang-orang tua dan zaman dahulu. Namun saat ini kejadian tersebut sudah berbalik 180 derajat. Sekarang banyak kaum muda yang suka dan tertarik untuk mengenakan busana yang berbahan dasar kain batik, baik acara non formal maupun acara formal. Apalagi dengan ditetapkanya batik sebagai heritage culture oleh UNESCO sebagai warisan Dunia. Tidak terkecuali bagi kaum muslim, mereka juga tidak ketinggalan untuk memilih batik dalam berpakaian. Apalagi saat ini banyak tersedia busana muslim batik baik untuk wanita maupun untuk laki-laki, yang model dan desainnya tidak kalah menarik dengan busana yang lainya.

Mereka membuat busana muslim dengan bahan batik. Sekarang ini para wanita muslimah juga bisa menggunakan batik muslim untuk acara sehari hari mereka. Dalam bekerja pun sekarang, mengenakan batik sebagai seragam kantor untuk hari tertentu. nah lalu bagaimana cara dan kiat memilih busana kerja muslim berbahan batik? Tentunya yang memberikan peluang kenyamanan bekerja dan up to date, sesuai dengan perkembangan mode yang ada. Sehingga memberikan kesan modis dan nyaman pada si pemakai.

Dunia busana muslim selalu dapat menghadirkan kreasi baru yang mengejutkan. Salah satunya adalah busana muslim dengan motif batik. Batik sendiri adalah kain yang selalu manis bila dimodifikasi menjadi busana jenis apapun. Tidak terkecuali dengan busana kerja muslim. Modifikasi apik kain batik ke dalam aplikasi busana muslim ternyata memang menghasilkan kreasi yang manis dan juga menarik perhatian mata yang melihatnya. Keberanian desainer dalam membuat busana muslim dengan bahan batik patut diberi pujian yang tinggi. Karena dengan menciptakan busana muslim batik, desainer tersebut telah melakukan dua kebaikan sekaligus. Kebaikan pertama adalah dengan menjaga budaya bangsa, yaitu batik. Sedangkan kebaikan yang kedua adalah dengan menjaga nilai-nilai ajaran Islam melalui kreasi busana muslim.

Seperti guna kain batik pada umumnya, batik Jombang juga digunakan untuk pakaian harian, terutama untuk baju atau pakaian-pakaian resmi. Namun demikian, setakat ini kain batik di Jombang termasuk kain yang mempunyai nilai harga yang mahal terutama di wilayah Jombang, sehingga kain batik kurang digunakan pakaian-pakaian untuk kerja kasar ataupun pakaian tidur. Secara khusus batik Jombang digunakan untuk seragam para pegawai di Jombang setiap hari Jumat ataupun Sabtu. Mulai 2006/2007 digunakan juga untuk para pelajar diseluruh wilayah Jombang, pada hari Rabu dan Kamis.

Penjelasan tentang batik Jombang dijelaskan juga oleh Ibu Kusmiati Slamet bahwa motif batik Jombang menggunakan motif dengan khas paten relief Candi Rimbi, yaitu model candi yang melambangkan pintu gerbang masuk Kerajaan Majapahit. Sedang motif yang dikembangkan berupa motif tawang dan kaning dengan warna dasar yang menekankan pada kehijauan dan kemerahan yang melambangkan kota Jombang adalah ijo abang (hijau merah). Serta motif-motif yang lain seperti bunga jombang, godong ploso, ringin conthong, gerdu papak dan masih banyak lagi motif batik khas jombang.

Mengingat bahwa segala praktik sosial yang terjadi dalam kehidupan sosial itu kompleks dan menyeluruh maka budaya bisa diartikan berbunyi “budaya adalah seluruh cara hidup” (culture is a whole way of life). Sebagai konsep, pengertian yang kedua ini lebih bersifat deskriptif dan etnografis. Tekanannya adalah pada hubungan aktif dan tak terpisahkan antara unsur-unsur atau praktik-praktik sosial yang biasanya dipisahkan Dalam konteks inilah “teori budaya” bisa didefinisikan sebagai “kajian tentang hubungan antara unsur-unsur dalam keseluruhan cara hidup”. Karenanya, budaya bukanlah suatu praktik, juga bukan semata kesimpulan deskriptif "adat-istiadat atau pun dongeng-dongeng" masyarakat seperti yang umum dalam aliran antropologi tertentu. Tapi, budaya menyelusup ke seluruh praktik-praktik sosial, dan merupakan penjumlahan saling hubungan antara praktik-praktik sosial tersebut.

Praktik-praktik sosial yang ada niscaya beragam, namun meskipun terdapat berbagai praktik yang boleh jadi tidak segaris namun perbedaan di antara praktik-praktik ini tidak mutlak dan pada dasarnya merupakan varian-varian dari praktis.

Strukturalisme adalah faham atau pandangan yang menyatakan bahwa semua masyarakat dan kebudayaan memiliki suatu struktur yang sama dan tetap.

Ciri-ciri strukturalisme adalah pemusatan pada deskripsi keadaan aktual objek melalui penyelidikan, penyingkapan tabiat, sifat-sifat yang terkait dengan suatu hal melalui pendidikan. Ciri-ciri itu bisa dilihat dari beberapa hal; hirarki, komponen atau unsur-unsur, terdapat metode, model teoritis yang jelas dan distingsi yang jelas.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana Kajian Busana Kerja Muslim dengan Bahan Batik Jombangan ditinjau dari teori strukturalisme dan kulturalisme?

1.3. Tujuan

1.4. Manfaat

BAB II

PEMBAHASAN

A. Busana Kerja Muslim

Berkepribadian dinamis, berwibawa, dan professional dalam bekerja adalah impian semua wanita. Di zaman modern saat ini yang menjadi busana kerja para wanita karier adalah blazer dan rok suai diatas lutut yang dianggap lebih praktis dan tidak ribet.Wanita muslimah yang berkarier  diasumsikan bahwa mengenakan busana muslim itu ribet dan tidak praktis serta tidak mengikuti trend dunia.

Banyak generasi bangsa ini yang terpengaruh dengan budaya barat dalam hal berbusana, dimana membuka aurat adalah suatu kebanggaan bagi mereka dengan memperlihatkan siluet dan bentuk tubuh.Persepsi  tersebut adalah  salah dan cara pandang yang sempit, terutama para wanita muslim yang membutuhkan kedinamisan untuk bergerak dalam bekerja.Kini para pecinta busana muslim mampu menghadirkan bukti-bukti  bahwa asumsi tersebut adalah tidak benar.

Busana muslim tidak menjadi halangan untuk beraktivitas, namun malah sebaliknya, ia bisa tampil chic, modern, sophisticated, dan bisa tetap memperlihatkan citra dirinya sebagai wanita professional, meskipun tetap mempertahankan kaidah-kaidahnya, yakni tidak memperlihatkan lekuk tubuh, sehingga sesuai dengan nilai syar’i.

Berbanggalah untuk wanita muslim yang berkarier, kini bisa tentukan busana kerja yang tepat namun tetap bisa tampil stylish dan representative. Saat ini style ‘blazer accent’ sedang trend, blazer yang di padukan dengan blouse atau gamis  dan ini bisa diterapkan untuk busana kerja muslim. Kesan clean dan professional dalam gaya ini sangat terlihat, disamping itu tidak menampakkan lekuk-lekuk tubuh. Dan yang harus kita ingat bahwa busana muslim bukan menjadi halangan bagi wanita yang bekerja di kantor maupun di lapangan. Hanya saja tinggal anda menentukan gaya busana yang sesuai dengan karakter dan profesi anda dalam bekerja.

simak tehnik memilih busana muslim dari bahan batik di bawah ini.

Teknik Memilih Busana Kerja Muslim Batik

· Kaidah berbusana

Ini adalah hal yang harus mendapat perhatian utama sewaktu kita ingin memilih busana muslim batik yang ingin dikenakan. Terutama bagi kaum wanita. Perhatikan dengan cermat dan teliti, apakah busana tersebut dibuat sudah sesuai dengan tuntunan dalam agama Islam. Misalnya meski sudah tertutup rapat namun busana muslim batik tersebut tidak boleh terlalu ketat sehingga menampakan lekukan tubuh. Demikian pula dengan penutup kepalanya. Apakah benar benar bisa menutupi seluruh bagian kepala kecuali mukanya saja. Juga tangan dan kaki, apakah bagian tersebut juga tertutup dengan rapat kecuali pada telapaknya.

· Paduan warna

Meski busana muslim itu harus bisa menutup semua anggota bagian tubuh kecuali muka, tangan dan kaki bagian bawah, namun hal ini bukan berarti kita tidak boleh tampil gaya. Karena keindahan itu juga merupakan bagian dari iman, asal jangan terlalu berlebih. Jadi ketika memilih busana muslim batik, perhatikan warnanya apakah sesuai dengan warna kulit kita serta warna kain lain yang juga kita kenakan.

· Sesuaikan dengan suasana

Ketika memilih busana muslim batik, sesuaikan dengan keperluan yang ada. Bila digunakan untuk bekerja, pilihlah jenis busana yang simpel dan praktis agar bisa memudahkan kita untuk bergerak ketika menjalankan tugas di kantor atau tempat kerja. Bila untuk bersantai saja, pilihlah busana muslim batik yang tidak terlalu ribet serta tidak menimbulkan kesan formal. Busana tersebut harus mampu memberikan suasana kasual namun tetap sopan dan tidak norak. Sedangkan bila mau digunakan untuk pesta kita bisa memilih busana yang lebih anggun dan bisa menimbulkan kesan keceriaanJangan lupa untuk lakukan perawatan terhadap bahan batik anda agar busana muslim berbahan batik anda bisa awet dan tetap bagus.

Dunia busana muslim selalu dapat menghadirkan kreasi baru yang mengejutkan. Salah satunya adalah busana muslim dengan motif batik. Batik sendiri adalah kain yang selalu manis bila dimodifikasi menjadi busana jenis apapun. Tidak terkecuali dengan busana muslim. Modifikasi apik kain batik ke dalam aplikasi busana muslim ternyata memang menghasilkan kreasi yang manis dan juga menarik perhatian mata yang melihatnya. Keberanian desainer dalam membuat busana muslim dengan bahan batik patut diberi pujian yang tinggi. Karena dengan menciptakan busana muslim batik, desainer tersebut telah melakukan dua kebaikan sekaligus. Kebaikan pertama adalah dengan menjaga budaya bangsa, yaitu batik. Sedangkan kebaikan yang kedua adalah dengan menjaga nilai-nilai ajaran Islam melalui kreasi busana muslim.

B. Batik Jombangan.

BATIK Jatipelem sebenarnya sudah ada sejak tahun 1993 silam. Namun seiring perkembangan waktu, batik Jatipelem sementara ini dikembangkan dua pengusaha lokal. Yaitu Bu Slamet yang diwakili putrinya, Lilik Sri Rahayu dengan nama batik Litabena dan batik milik BU Maniati yang diberi nama batik Sekar Jati Star.

Kedua pengusaha lokal ini masing-masing memiliki lokasi pengerjaan batik yang cukup luas di area belakang rumah. Tempat pembuatan batik printing yang dilengkapi sejumlah peralatan, tempat penyucian sekaligus penjemuran batik, sampai dengan ruangan khusus bagi pekerja yang melakukan batik tulis. Keduanya juga melengkapi usahanya dengan penjahit khusus bagi pemesan yang ingin langsung menggunakan produk lokal ini.

Model yang ditawarkan pun bermacam sesuai tren saat ini, seperti mode kantung dengan lengan sepertiga yang dilengkapi deker. Serta model blus memanjang dengan nuansa renda di bagian krah dan lengan. Semuanya terlihat cantik, menyesuaikan dengan bawahan, pasangan sarimbit dan asesoris yang dipergunakan.

Tidak semua batik lahir dari Solo dan Yogyakarta. Buktinya, di Kabupaten Jombang juga mempunyai pakaian tradisional tersebut. Bahkan, karena motifnya yang khas, batik yang lahir dari kota santri ini kerap disebut batik Jombangan. Disebut khas, karena motif batik ini hanya ada di wilayah Jombang, Macam Motif Batik jombangan yakni diambil dari relief yang ada di candi Arimbi, Bareng, Jombang. Motif ini juga telah dipatenkan oleh Pemkab Jombang.

Produk batik yang diberi nama Batik Jombangan ini lebih banyak mengandalkan warna-warna alami yang bahan pewarnanya diambil dari bahan sisa (limbah) yang diolah dalam paduan aneka motif khas Jombangan.

Corak Batik Jombangan terinspirasi dari sebuah candi yang ada di kecamatan setempat yakni CANDI ARIMBI, sehingga batik JOMBANGAN mempunyai ciri khas dan motif tersendiri yang tentunya berbeda dengan motif dari batik solo atau batik lainya.

Warnanya pun juga mempunyai ciri khas tersendiri yakni perpaduan dari bahan-bahan limbah atau sisa kemudian diolah sedemikian rupa sehingga menjadi corak dan warna yang terkesan alami dan begitu khas.

Ada juga memakai yang lebih alami dan bahannya pun di ambil dari dari beberapa tumbuh-tumbuhan maupun buah-buahan yang ada di alam. sekitar Salah satunya adalah menggunakan kulit rambutan.

Dalam hal produksi batik Jombangan ini, Motifnya nya pun beraneka macam mulai dari motif Arimbi (satu bentuk relief candi Arimbi satu candi di Kecamatan Bareng), motif rumpun tebu hingga motif suasana desa dan berbagai motif khas Jombangan. Harga yang mereka tawarkan pun cukup bervariatif mulai dari Rp.18 ribu hingga Rp.300 ribu tergantung dari motif dan bahannya kainnya.
Adapun kesejarahan dipakainya salah satu relif arimbi sebagai motif batik Jombangan, bukan berangkat dari ide perajin batik. Tetapi konon karena adanya keinginan elite pemerintahan Jombang untuk memperkenalkan keberadaan Candi Arimbi pada masyarakat luas. Bila demikian adanya, maka ada dua pola mengeksplorasi motif batik. Yaitu eksplorasi yang dilakukan pemerintah (top down) serta hasil kreasi masyarakat (bottom up). Dua pola ini nampaknya masih relevan untuk terus dilakukan.

Pada awalnya motif batik Jombang menggunakan motif alam sekitar, yaitu dengan motif bunga melati, tebu, cengkeh, pohon jati dan lain sebagainya. Setiap motif yang diciptakan biasanya diberi nama, seperti cindenenan, peksi/burung hudroso, peksi manya dan turonggo seto (kuda putih). Kemudian Ibu Hj. Maniati bersama Ibu Bupati kabupaten Jombang (isteri Bupati/DO), bersepakat/setuju bahawa “Motif Batik Tulis Khas Jombang” diambil dari salah satu relief Candi Arimbi yang terletak di desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang. Candi Arimbi merupakan candi peninggalan kerajaan Majapahit.

clip_image001

Motif batik Jombang “hijau”

Pada penghujung tahun 2005, penulis bertemu dengan Bapak Bupati Jombang untuk membicarakan motif batik khas Jombang. Dimana motif batik ini akan digunakan sebagai seragam para pegawai kabupaten Jombang. Ketika itu Bapak Bupati menunjukkan dua buah baju batik dengan motif relief Candi Arimbi. Baju tersebut bermotif batik warna merah dan yang satu lagi bermotif batik warna hijau. Untuk seragam pegawai di Jombang lebih baik menggunakan baju batik yang motifnya berwarna merah dan Bapak Bupati menyetujuinya.

clip_image002

Motif batik Jombang lainnya

Penjelasan tentang batik Jombang dijelaskan juga oleh Ibu Kusmiati Slamet bahwa motif batik Jombang menggunakan motif dengan khas paten relief Candi Rimbi, yaitu model candi yang melambangkan pintu gerbang masuk Kerajaan Majapahit. Sedang motif yang dikembangkan berupa motif tawang dan kaning dengan warna dasar yang menekankan pada kehijauan dan kemerahan yang melambangkan kota Jombang (ijo abang (hijau merah)).

C. Teori Srukturalisme dan kulturalisme

Desantara Pelembagaan cultural studies di Inggris berjalan pesat khususnya pada 1960-an dan sesudahnya. Dua faktor utama yang sangat berperan: pertama, berdirinya Centre for Contemporary Cultural Studies di Birmingham; kedua, berdirinya kursus-kursus dan publikasi-publikasi dari berbagai sumber dan tempat. Pada gilirannya, ada dua paradigma yang sangat mewarnai dalam mazhab pemikiran ini, yakni paradigma kulturalisme dan paradigma strukturalisme.

Kulturalisme

Paradigma kulturalisme sejatinya merujuk pada tiga serangkai Hoggart-Williams-Thompson yang membentuk pengertian dasar budaya dalam Cultural Studies. Williams mengkonseptualisasikan "budaya" dengan cara yang berbeda. Pertama, budaya didefinisikan sebagai “hal yang biasa-biasa saja” (culture is “ordinary”). Ia adalah hal-hal yang umum. Budaya adalah segala sesuatu yang berada di sekeliling kita, sesuatu yang sifatnya sehari-hari. Pengertian macam ini melawan konotasi budaya yang selama ini lebih diwarnai sebagai prestasi peradaban yang pada dasarnya mengangkat budaya tertentu sebagai beradab dan menyingkirkan budaya-budaya "lain" yang dianggap tak beradab. Sebagai contoh kecil, dalam konteks Indonesia, rezim Orde Baru menjalankan politik kebudayaan yang menganut pengertian budaya—sebagai prestasi peradaban—di atas dengan menciptakan kosakata utama, yakni puncak kebudayaan nasional dalam upayanya melakukan intervensi kebudayaan ke kebudayaan-kebudayaan lokal. Lewat Williams, konotasi ini lantas diputar-balikkan. Jadi, pengertian "budaya" yang digarap-ulang Williams ini lebih berada di ranah "gagasan".

Kedua, pengertian budaya yang mengacu pada praktik-praktik sosial. Berbeda dengan yang pertama, pengertian ini lebih bersifat antropologis. Mengingat bahwa segala praktik sosial yang terjadi dalam kehidupan sosial itu kompleks dan menyeluruh maka budaya bisa diartikan berbunyi “budaya adalah seluruh cara hidup” (culture is a whole way of life). Sebagai konsep, pengertian yang kedua ini lebih bersifat deskriptif dan etnografis. Tekanannya adalah pada hubungan aktif dan tak terpisahkan antara unsur-unsur atau praktik-praktik sosial yang biasanya dipisahkan Dalam konteks inilah “teori budaya” bisa didefinisikan sebagai “kajian tentang hubungan antara unsur-unsur dalam keseluruhan cara hidup”. Karenanya, budaya bukanlah suatu praktik, juga bukan semata kesimpulan deskriptif "adat-istiadat atau pun dongeng-dongeng" masyarakat seperti yang umum dalam aliran antropologi tertentu. Tapi, budaya menyelusup ke seluruh praktik-praktik sosial, dan merupakan penjumlahan saling hubungan antara praktik-praktik sosial tersebut. Dalam definisi yang Oxford English Dictionary, budaya diberikan pengertian yang mencerminkan penjumlahan tersebut, Culture: cultivation, tending, in Christian authors, worship; the action or practice of cultivating the soil; tillage, husbandry; the cultivation or rearing of certain animals (e.g. fish); the artificial development of microscopic organisms, organisms so produced; the cultivating or development (of the mind, faculties, manners), improvement or refinement by education and training; the condition of being trained or refined; the intellectual side of civilization; the prosecution or special attention or study of any subject or pursuit.

Di sini kita lantas bersentuhan dengan pertanyaan apakah sesungguhnya yang dipelajari dalam budaya itu, bagaimanakah budaya itu dipelajari dan bagaimana ia dipecahkan atau dicarikan solusi. Pertama, yang dipelajari dalam “budaya” itu tak lain adalah pola-pola pengorganisasiannya yang memiliki identitas dan hubungan yang tak terduga selain diskontinuitas yang juga tak terduga di dalam atau yang menggarisbawahi semua praktik sosial.

Karena itu, kedua, sebagai upaya menyingkap cara kerja budaya adalah dengan analisis budaya yang berusaha menyingkap sifat pengorganisasiannya yang merupakan kompleks hubungan-hubungan ini. Langkah awalnya adalah berupaya menyingkap pola-pola karakteristik budaya yang khas. Kita akan mendapatkan bahwa budaya itu bukan di dalam aktivitas-aktivitas seni, produksi, perdagangan, politik, bersekolah, berolahraga dan mengasuh keluarga, yang diperlakukan secara terpisah, melainkan dengan mempelajari pengorganisasian umum (semua aktivitas) budaya itu di dalam contoh tertentu. Ketiga, Tujuan analitis atas budaya ini adalah mencerap bagaimana interaksi antara seluruh praktik dan pola ini dihayati dan dialami secara keseluruhan di dalam periode tertentu. Dalam kata lain, tujuan analitis adalah mencari apa yang disebut dengan “struktur perasaan” (structure of feeling), yakni kategori-kategori yang secara bersamaan mengorganisasi kesadaran empirik suatu kelompok sosial tertentu dan dunia imajinatif yang diciptakan oleh sang penulis. Struktur ini sudah barang tentu diciptakan secara kolektif. Tekanan yang diberikan terutama pada saling keterkaitan antara praktik, totalitas yang mendasari, dan homologi-homologi antara praktik dan totalitas.

Dari sini paradigma dominan dalam cultural studies mengkristalkan konsepnya. Budaya dikonseptualisasikan saling berkelindan dengan seluruh praktik sosial. Praktik-praktik sosial ini sebagai bentuk umum aktivitas manusia merupakan praksis inderawi manusia, aktivitas di mana laki-laki dan perempuan membentuk sejarah. Konsep semacam ini bertentangan dengan cara metafor basis-superstruktur merumuskan hubungan antara kekuatan-kekuatan ideal dan material, khususnya di mana "basis" dianggap ditentukan oleh "ekonomi" dalam pengertiannya yang sederhana. Formulasi yang ditawarkan melibatkan dialektika antara makhluk sosial dan kesadaran sosial di mana keduanya tidak bisa dipisahkan ke dalam kutub-kutub yang berbeda dengan tegas. Definisi “budaya” ini meliputi baik makna maupun nilai yang muncul di tengah-tengah kelompok dan kelas sosial yang berlainan. Makna dan nilai ini terbentuk atas dasar kondisi dan hubungan historis yang menjadi pegangan dan meliputi kondisi eksistensi kelompok-kelompok dan kelas-kelas sosial tersebut; dan sebagai tradisi dan praktek yang dihayati melalui mana “pemahaman” diungkapkan dan diwadahi.

Strukturalisme

Paradigma strukturalis merujuk terutama pada “kondisi-kondisi yang ditentukan” (determinate conditions). Paradigma ini menegaskan tentang Manusia boleh jadi sadar bahwa ia bisa merubah kondisi-kondisi sosialnya, namun bagaimanapun ia tetap terikat oleh kenyataan bahwa di dalam dunia kapitalis, ia (baik laki-laki maupun perempuan) ditempatkan dan diposisikan dalam relasi-relasi yang lantas membentuknya sebagai agen. Strukturalisme membawa kita untuk mulai memikirkan relasi-relasi dari suatu struktur atas dasar yang lain selain reduksinya pada hubungan-hubungan antara "manusia". Inilah level abstraksi Marx yang istimewa. Abstraksi yang menyanggupkannya meninggalkan titik berangkat yang jelas namun keliru dari "ekonomi politik" individu semata.

Ini berhubungan dengan kekuatan kedua strukturalisme yang mengakui bahwa bukan hanya abstraksi sebagai keharusan bagi instrumen pemikiran untuk menyesuaikan “relasi-relasi real”, tapi juga adanya gerakan yang berkelanjutan dan kompleks di antara level-level abstraksi yang berbeda. Karena level-level abstraksi yang beragam itu berasal dari berbagai praktik, maka perhatian pada aneka macam praktik itu merupakan hal yang niscaya terjadi. Ini menggiring pada pemikiran atau analisis tentang kompleksitas dari realitas demi mengungkapkan hubungan-hubungan dan struktur-struktur yang tak bisa dilihat oleh mata telanjang. Titik berangkatnya terletak pada penegasan strukturalisme bahwa pikiran tidak merefleksikan realitas, melainkan mengartikulasikan dan mengapropriasi realitas itu sendiri.

Kekuatan lainnya dari strukturalisme adalah tekanannya pada konsepsi “keseluruhan”. Berbeda dengan kulturalisme yang menekankan pada partikularitas radikal dari praktik-praktiknya, mode konseptualisasi strukturalisme atas "totalitas" mengandung kesederhanaan kompleks (complex simplicity) dari totalitas ekspresif di belakangnya. Kompleksitasnya dibentuk oleh kecairan yang memudahkan bagi praktik-praktik untuk keluar masuk dari satu ranah ke ranah lainnya. Tapi, kompleksitas ini bisa direduksi secara konseptual pada "kesederhanaan" praksis—yakni aktivitas manusia sendiri—di mana kontradiksi yang sama senantiasa muncul, yang secara homolog terefleksi di dalam setiap praktik. Strukturalisme berjalan lebih jauh dengan mendirikan mesin "Struktur" yang karakteristik utamanya adalah kemampuannya untuk membiakkan-diri-sendiri, dilengkapi dengan instansi-instansi yang tersendiri. Namun, ia merepresentasikan perkembangan yang melampaui kulturalisme dalam konsepsi tentang kompleksitas niscaya dari kesatuan suatu struktur. Ringkasnya, inilah yang disebut kekuatan transformasi dari strukturalisme. Transformasi di sini bukan diartikan dengan perubahan, melainkan dengan alih-ubah. Ia adalah kemampuan konseptual untuk memikirkan suatu kesatuan yang dikonstruksi melalui perbedaan-perbedaan praktik daripada homologinya.

Dari sini mungkinlah membayangkan adanya “kesatuan” formasi sosial sebagai dikonstruksi dari perbedaan, bukan dari identitas. Ironi dan absurdnya, tekanan pada perbedaan ini bisa dan telah membawa strukturalisme kepada heterogenitas konseptual yang mendasar di mana justru seluruh struktur dan totalitas lenyap. Ini terlihat pada Foucault dan kaum pasca-Althusserean lain yang meradikalkan heterogenitas bukan hanya ke ranah relatif tapi sampai ke ranah mutlak. Kontradiksi-diri inilah yang dikandung oleh strukturalisme. Ia mempertahankan kesatuan-dalam-perbedaan (unity-in-difference). Di level inilah Althusser mencuatkan persoalan yang wajar untuk muncul, yakni problematika otonomi relatif, “over-determinasi” dan juga studi artikulasi. Memang, artikulasi mengandung bahaya terjerumus formalisme yang keterlaluan, namun ia memiliki keuntungan yang penting yang menyanggupkan kita memikirkan tentang bagaimana praktik-praktik spesifik—yang diartikulasikan secara kontradiktif dan tidak tampak dalam arah, titik, dan momen yang sama—bisa dipikirkan bersama-samamengkonseptualisasikan kekhususan praktik-praktik yang berbeda (yang secara analitis dipisahkan, diabstraksikan) tanpa kehilangan pegangan pada untaian yang dibentuknya. Sementara, kulturalisme yang senantiasa menandaskan kekhususan praktik-praktik yang berbeda—"budaya" jangan sampai diserap ke dalam "ekonomi", namun kehilangan cara yang pas untuk menegaskan kekhususan ini secara teoritis. sekaligus. Tegasnya, paradigma strukturalis, ketika dikembangkan dengan wajar, bisa membawa kita mulai benar-benar

Kekuatan ketiga strukturalisme terletak pada decentering “pengalaman” dan upaya menjelajahi kategori “ideologi” yang terabaikan. Aspek-aspek ini bermunculan dalam pemikiran Louis Althusser dan strukturalis-strukturalis Marxis. Tepatnya, Althusser mengkonseptualisasikan ideologi ini sebagai kategori-kategori nir-sadar yang di dalamnya kondisi-kondisi riil eksistensi direpresentasikan dan dihayati. Kondisi riil dipandang “beroperasi” di dalam relasi imajiner. Tidak heran kalau Althusser ketika “membaca” Marx dalam Reading Capital ia menyatakan bahwa mode produksi akan bisa dipahami dengan baik jika dilihat seolah-olah “terstruktur seperti bahasa”.

Pada titik ini kita bisa memungut dari Gramsci bahwa tepat di level nir-sadar, sekaligus juga common sense, kita bisa melihat adanya formasi ideologi-ideologi yang lebih aktif dan organik. Ideologi-ideologi yang punya kemampuan merasuk di ranah common sense dan tradisi populer, dan melalui perasukan itu mengorganisir laki-laki dan perempuan.

Itulah gambaran ringkas, dua paradigma yang lazim dalam CS. Di sini kemudian perlu ditegaskan bagaimana karakter CS ini secara umum. Pertama, persoalan subjek, subjek diyakini bersifat transhistoris dan “universal”. Ini kelihatan pada pikiran-pikiran Lévi-Strauss, Freudian, Lacan dan semiotik awal.

Selanjutnya, tentang “ekonomi-politik” budaya. Ya, bau tradisi Marxis sangat jelas di sini. Di level ini perhatian pada proses ekonomi dan struktur produksi kultural lebih besar daripada kepada aspek kultural-ideologis yang berperan membentuk kesadaran palsu.

Setelah itu, tentang “perbedaan”. Perbedaan ini membawa pada heterogenitas yang hanya bisa ditelusuri lewat analisis konkret yang terarah pada formasi ideologis dan formasi diskursif. Analisis-analisis konkret ini kelihatan pada karya Foucault dan Gramsci.

Kesimpulannya, bahwa kekhususan praktek-praktek yang berbeda berhubungan untuk menjadi bentuk-bentuk kesatuan artikulasi yang bisa dikembalikan pada metafor basis/suprastruktur.

Karya Richard Hoggart Use of Literacy misalnya berupaya mendeskripsikan budaya kelas pekerja Inggris di masa kecil Hoggart sendiri—dimana ia merupakan bagiannya. Hoggart memang dibesarkan dalam kehidupan kelas bawah yang dianggap tidak berbudaya. Karya-karya Raymond Williams Culture and Society dan The Long Revolution meneruskan langkah-langkah yang dibuka Hoggart. Williams menyuarakan tentang tradisi (tradisi “masyarakat-dan-budaya”) yang bermain-main di ranah definisi dan cara hidup. Williams singkatnya ingin menegaskan bahwa budaya itu adalah hal biasa-biasa saja, yang kita alami sehari-hari (culture is ordinary). Upaya Hoggart dan Williams ini dilanjutkan oleh karya tebal Edward P. Thompson yang berjudul Making of the English Working Class. Di dalam bukunya itu Thompson menelusuri secara historis bagaimana formasi budaya kelas dan tradisi populer berjalan di Inggris. Buku-buku inilah yang cukup kuat membentuk batu awal “Cultural Studies”. Kemudian, berdirinya CCCS (Centre for Contemporary Cultural Studies) di Universitas Birmingham di samping kursus-kursus yang diselenggarakan dan publikasi-publikasi yang dilakukan semakin mengukuhkan institusionalisasi Cultural Studies.

Kembali ke Williams, baginya definisi budaya penting untuk dirumuskan ulang. Ia memberi definisi bahwa budaya adalah keseluruhan cara hidup dalam satu periode tertentu yang memiliki pola-pola dan mewujud dalam prakek-praktek. Yang mendasar dalam budaya ini adalah ‘perasaan bersama’ (structure of feeling).

Baginya, praktik-praktik sosial yang ada niscaya beragam, namun meskipun terdapat berbagai praktik yang boleh jadi tidak segaris namun perbedaan di antara praktik-praktik ini tidak mutlak dan pada dasarnya merupakan varian-varian dari praksis.

Strukturalisme adalah faham atau pandangan yang menyatakan bahwa semua masyarakat dan kebudayaan memiliki suatu struktur yang sama dan tetap. Strukturalisme juga adalah sebuah pembedaan secara tajam mengenai masyarakt dan ilmu kemanusiaan dari tahun 1950 hingga 1970, khususnya terjadi di Perancis. Strukturalisme berasal dari bahasa Inggris, structuralism; latin struere (membangung), structura berarti bentuk bangunan. Trend metodologis yang menyetapkan riset sebagai tugas menyingkapkan struktur objek-objek ini dikembangkan olerh para ahli humaniora. Struktualisme berkembang pada abad 20, muncul sebagai reaksi terhadap evolusionisme positivis dengan menggunakan metode-metode riset struktural yang dihasilkan oleh matematika, fisika dan ilmu-ilmu lain

Tujuan Strukturalisme adalah mencari struktur terdalam dari realitas yang tampak kacau dan beraneka ragam di permukaan secara ilmiah (obyektif, ketat dan berjarak), Ciri-ciri itu dapat dilihat strukturnya:

  • Bahwa yang tidak beraturan hanya dipermukaan, namun sesungguhnya di balik itu terdapat sebuah mekanisme generatif yang kurang lebih konstan.
  • Mekanisme itu selain bersifat konstan, juga terpola dan terpola dan terorganisasi, terdapat blok-blok unsur yang dikombinasikan dan dipakai untuk menjelaskan yang dipermukaan.
  • Para peneliti menganggap obyektif, yaitu bisa menjaga jarak terhadap yang sebenarnya dalam penelitian mereka.
  • Pendekatan dengan memakai sifat bahasa, yaitu mengidentifikasi unsur-unsur yang bersesuaian untuk menyampaikan pesan. Seperti bahasa yang selalu terdapat unsur-unsur mikro untuk menandainya, salah satunya adalah bunyi atau cara pengucapan..
  • Strukturalisme dianggap melampaui humanisme, karena cenderung mengurangi, mengabaikan bahkan menegasi peran subjek

Ciri-ciri strukturalisme adalah pemusatan pada deskripsi keadaan aktual objek melalui penyelidikan, penyingkapan tabiat, sifat-sifat yang terkait dengan suatu hal melalui pendidikan. Ciri-ciri itu bisa dilihat dari beberapa hal; hirarki, komponen atau unsur-unsur, terdapat metode, model teoritis yang jelas dan distingsi yang jelas.

Para ahli strukturalisme menentang eksistensialisme dan fenomenologi yang mereka anggap terlalu individualistis dan kurang ilmiah. Salah satu yang terkenal adalah pandangan Maurice Meleau-Ponty yang menentang fenomenologi dan eksistensialisme tubuh manusia. Pounty menekankan bahwa hal yang fundamental dalam identitas manusia adalah bahwa kita adalah objek-objek fisik yang masing-masing memiliki kedudukan yang berbeda-beda dan unik dalam ruang dan waktu.

D. Kajian Busana Kerja Muslim dengan Bahan Batik Jombangan ditinjau dari Teori Strukturalisme dan Kulturalisme

Panduan busana dengan bahan batik jombangan, dipiih dari bahan katun yang dingin yang tidak mengganggu aktifitas si pemakai dan memberikan kenyamanan. Karena katun mempunyai sifat higroskopis yang menyerap keringat, sehingga sangat sesuai dengan busana kerja. Busana kerja menuntut si pemakai bergerak ana kerja ini terdiri dari bus yang dipadukan dengan bazzer, rok dan celana untuk bawahan yang bisa dilepas dan digunakan secara praktis menambah nilai lebih untuk desain busana kembaran ini. Busana yang multi fungsi untuk busana kerja dalam ruangan dan di luar ruangan yang menuntut gerak yang lebih dinamis. Untuk didalam ruangan dikenakan blus dengan blazer dan rok ketika di uar ruangan blazer bisa ditanggalkan dan rok diganti dengan menggunakan celana. Paduan ini menggambarkan seorang pekerja yang rapi, dinamis, inovatif dan kreatif.

Corak batik untuk blouse adaah bunga mawar kreasi terbaru dari pengrajin batik Jombang. Mawar merupakan lambang kecintaan wanita Jombang pada keluarga pada keluarga. Keharumannya adalah pancaran dari perilaku yang santun, lemah lembut, penyabar, dan penyayang. Warna merah atau abang juga melambangkan keberanian, mempunyai produktivitas tinggi, aktif dan berkemauan keras.

Untuk blazer dipilih batik kontemporer agar terkesan modern tapi tetap anggun. Batik ini bercorak padi, kawung, bunga jombang. Motif padi melambangkan kemakmuran dan mempunyai filosofi semakin berisi semakin merunduk yang artinya semakin kaya pengalaman dan ilmu, semakin rendah hati. Kawung melambangkan kekuatan ikatan persaudaraan, selain itu juga agar harapan agar manusia selalu ingat akan asal-usulnya, dan motif lingkaran mencerminkan pribadi seorang pemimpin. Dan yang paling khas adalah corak batik kembang jombang yang sangat luar biasa, mulai bunga sampai akar bisa dimanfaatkan untuk kesehatan.

Pemilihan warna hijau dan abang diambil dari kata Jombang yaitu ijo lan abang. Warna hijaunya mewakili simbol bahwasannya jombang adalah kota santri dan juga melambangkan kesuburan, ketenangan, keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

BAB III

PENUTUP

IV.1. Kesimpulan

IV .2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

http://www.baju-bajumuslimah.com/

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=busana%20kerja%20muslim&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CDUQFjAA&url=http%3A%2F%2Fbooks.google.com%2Fbooks%2Fabout%2FKreasi_Busana_Kerja_Wanita_Muslim.html%3Fid%3DNTrP_phtezIC&ei=2kKbUMvGAYbUrQf8_YGYBA&usg=AFQjCNEZJcTw-wtROd6ihb6bkIwRD51mNw

http://blog.rumahmadani.com/2012/05/busana-muslim-kerja-stylish-dan-modern.html

http://kurakurabiru.multiply.com/journal/item/392/Batik-Jombangan-Dulu-dan-Kini-3

http://id.wikipedia.org/wiki/Batik_Jombang

http://kalunya.blogspot.com/2011/03/motif-batik-jombang.html

http://www.desantara.or.id/06-2008/377/paradigma-kulturalisme-dan-strukturalisme-dalam-cultural-studies/

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=teori%20kulturalisme&source=web&cd=6&cad=rja&ved=0CD0QFjAF&url=http%3A%2F%2Fwww.slideshare.net%2F15101991%2Fmulti-kulturalisme&ei=cwWbUNrFAsbRrQfHq4C4Dw&usg=AFQjCNFxANClgXrhcd64EN2T3izXgudEfw

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=teori%20kulturalisme&source=web&cd=9&cad=rja&ved=0CE4QFjAI&url=http%3A%2F%2Fforumgurumerdeka.files.wordpress.com%2F2010%2F09%2Fmultikulturalisme-dan-demokratisasi-di-indonesia.ppt&ei=cwWbUNrFAsbRrQfHq4C4Dw&usg=AFQjCNHR0ONh5Jz7zwKwWTJBjYiG0Fb7tQ

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=teori%20kulturalisme%20dan%20strukturalisme&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CCUQFjAB&url=http%3A%2F%2Ftsanincenter.blogspot.com%2F2009%2F04%2Fcultural-studies-dan-multikulturalisme.html&ei=x0KbUNDtJ8HHrQfoioCABA&usg=AFQjCNFntwHFGFp3-Sv8mxHkegHz59nJ1Q

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=teori%20kulturalisme%20dan%20strukturalisme&source=web&cd=7&cad=rja&ved=0CEIQFjAG&url=http%3A%2F%2Fsosiologibudaya.wordpress.com%2F2012%2F05%2F04%2Fstudi-budaya-2%2F&ei=x0KbUNDtJ8HHrQfoioCABA&usg=AFQjCNFvtF7Gqnq4Q0BVuuTwLbt6iAd6OA

http://www.prianganpos.com/2012/07/askurifai-baksin_29.html

LAMPIRAN

Desain Busana Kerja Muslim dengan Bahan bati jombangan

clip_image004

clip_image006

Desain Batik Jombangan

clip_image008

Desain Batik Jombangan

Dengan design kawung, padi, dan bunga jombang, yang dirangkai apik menjadi batik jombangan dengan warna khas ijo dan abang.

Tuesday, February 25, 2014 0 comments

Contoh Laporan Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pasca Sarjana

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Universitas Negeri Surabaya merupakan salah satu Lembaga Perguruan Tinggi yang mempunyai tugas utama menyiapkan tenaga muda yang profesional baik untuk siap bertugas dalam bidang pendidikan maupun non kependidikan. Pada bidang kependidikan tugas utamanya yaitu menyiapkan tenaga terdidik untuk siap bertugas dalam bidangnya. Oleh karena itu, program kependidikan S2 tidak terlepas dari komponen Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) yang berupa praktik keguruan di sekolah latihan bagi tenaga pendidik.

PPL ini merupakn kegiatan yang dilakasanakan dalam bentuk pelatihan mandiri yang diarahkan kepada terbentuknya kemampuan keguruan yang terjadwal secara sistematis di bawah bimbingan dosen pembimbing dan guru pamong yang memenuhi syarat. Secara substansional PPL dapat disebut juga sebagai pengalaman lapangan karena mahasiswa PPL memang berada dalam proses belajar dari profesi pendidikan disekolah. Diharapkan mahasiswa memperoleh pengetahuan praktis dan kemampuan profesioanl yang tidak di peroleh dari kampus atau universitas.

Pengalaman lapangan merupakan salah satu kegiatan-kegiatan kurikulum yang dilakukan oleh mahasiswa mencankup latihan mengajar maupun tugas kependidikan diluar mengajar secara terbimbing dan terpadu untuk memenuhi syarat pembentukan profesi kependidikan.

Sebagaimana dimanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 42 (2003: 28), bahwa setiap pendidik dituntut untuk memiliki kualifikasi dan sertifikasi yang dipersyaratkan sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian, setiap pendidik tersebut harus memiliki beberapa kompetensi yang terkait dengan teori dan praktik pembelajaran. Lebih lanjut, dalam Undang-undang Guru dan Dosen Pasal 8 (DPR-RI, 2005: 5) dinyatakan bahwa sejumlah kompetensi dan sertifikasi tersebut di­peroleh dengan melewati proses pendidikan pofesi. Untuk itu dalam setiap pendidikan calon guru, termasuk Universitas Negeri Surabaya (UNESA), perlu diselenggarakan praktik keguruan yang dikemas dalam Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) untuk mengantisipasi dan mem­persiapkan para calon guru agar sukses dalam uji kompetensi guru.

Kenyataan menunjukkan bahwa guru atau calon guru memiliki peran yang dominan dalam pembelajaran. Untuk itu, perlu diusahakan terwujudnya guru dan calon guru, sebagai the man behind the gun, yang berkualitas baik dalam bidang penguasaan bidang ilmu, pemahaman peserta didik, metode pembelajaran, maupun sikap dan kepribadian yang luhur. Dalam rangka peningkatan diri, seorang mahasiswa prak­tikan harus menyadari, mengevaluasi diri, dan memiliki hasrat untuk berubah menjadi lebih baik. Untuk ini, Sumarno Sudarsono (2005: 117) menyatakan bahwa 4 Steps To Wisdom, yang disusun Anthony de Mello, terdiri atas: (1) mengenali perasaan negatif yang ada pada diri sendiri, (2) jangan anggap itu sebagai suatu kenyataan, (3) jangan samakan diri dengan perasaan itu, dan (4) jangan menginginkan orang lain berubah sebelum diri sendiri berubah, sungguh hal ini sangat relevan untuk direalisasikan bagi para praktikan yang sedang pada tahap perubahan diri. Sungguhpun demikian, kesadaran dan komitmen dari setiap unsur terkait serta kemauan untuk mencapai keberhasilan yang optimal diperlukan kiat-kiat, teknik, dan strategi khusus.

Salah satu karakteristik guru professional adalah memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi social. Semua kompetensi tersebut diharapkan dapat teraktualisasikan dalam kegiatan PPL. Dengan melakukan PPL mahasiswa berlatih untuk mengaplikasikan segenap kompetensi teoritis yang telah didapatkannya dari bangku perkuliahan ke situasi praktik di sekolah.dengan demikian melalui kegiatan PPL mahasiswa dipersiapkan menjadi calon guru dan pendidik yang professional di masa depan. Hal ini sesuai dengan amanah dan tuntutan Standar Nasional Pendidikan dan Undang-Undang Guru-Dosen.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pernyataan itu tertuang dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tentang sistem pendidikan nasional (2005: 76).

Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Menurut Buchori (2001) dalam Khabibah (2006:1), bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam proses pendidikan tidak lepas dari belajar. Belajar yaitu merupakan suatu proses untuk mencapai hasil belajar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Abdurrahman (2003:28) bahwa “Belajar merupakan proses dari seseorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang disebut hasil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap”. Sedangkan menurut Karti Soeharto dalam bukunya “Teknologi Pendidikan” yaitu, “Belajar adalah suatu proses yang kompleks, rumit dan unik, Karena memiliki ciri-ciri/ karakteristik tertentu yang berbeda antara si belajar yang lain. Oleh karenanya, belajar adalah masalah individual, dalam arti bahwa belajar akan terjadi karena individu itu sendiri yang melakukannya. Menurut Robert M. Gagne, belajar diartikan sebagai : “Learning is a change in human disposition or capability, which can be retained, and which is not simply ascribable to the process of growth”. (Gagne, 1979 hal.141).

Pembelajaran merupakan proses komunikasi transaksional timbal balik antar siswa dengan guru, siswa dengan siswa, siswa dengan sumber belajar, pada lingkungan belajar tertentu untuk sasaran tertentu. Untuk mencapai sasaran tersebut, maka pembelajaran harus efektif, yaitu menyenangkan dan bermakna. Karena itu perlu dikembangkan pendekatan-pendekatan pembelajaran, model-model pembelajaran dan metode-metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada peserta didik secara optimal sehingga seluruh potensi peserta didik dapat digali sehingga berguna bagi dirinya, masyarakat dan bangsanya (memenuhi tujuan pendidikan nasional).

Dari berbagai macam metode mengajar yang ada, perlu diketahui bahwa tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik diantara metode-metode yang lain. Tiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing-masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang- kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain.

Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode demonstrasi. Dengan metode demonstrasi, siswa tata busana akan lebih mudah untuk memahami dan mengerti materi yang diajarkan, karena guru langsung mempraktekkan dan mendemonstrasikan secara langsung kepada siswa. Sebagaimana dikemukakan oleh Zakiah Daradjat (2000:289) “Metode demonstrasi ini menggunakan peragaan atau percontohan kepada anak didik sehingga anak bisa meniru dan mendapat pengalaman praktis yang biasanya bersifat tahan lama”.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilaksanakan program pengalaman lapangan oleh para mahasiswa pasca unesa khususnya mahasiswa PTK yang terdiri dari jurusan mesin, elektro, sipil, PKK (Tata Boga, Tata Busana, Tata Rias). Ini bertujuan agar para mahasiswa nantinya siap terjun kelapangan kerja yang sesungguhnya setelah lulus dari bangku perkuliahan. Karena berdasarkan undang-undang Republik Indonesia (UU RI) nomer 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, bab IV pasal 9 menyatakan bahwa kualifikasi akademik guru diperoleh melalui pendidikan tinggi Program Pasca Sarjana dan Sarjana atau program diploma IV. Sedangkan berdasarkan PP nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan tuntutan keprofesionalan guru seperti yang telah diuraikan diatas, maka tenaga pendidik diantaranya guru SMK atau dosen harus Sarjana untuk guru dan Magister untuk dosen. Untuk itu kualifikasi guru Tata Busana perlu mendapat perhatian. Kegiatan PPL dilaksanakan pada institusi sesungguhnya atau pada situasi kelas nyata dan dilaksanakan dalam bentuk real teaching atau bentuk-bentuk penyesuaian pada program studi tertentu. Oleh karena itu PPL merupakan kegiatan wajib yang harus diikuti oleh seluruh mahasiswa program studi S2 PTK.

B. Tujuan dari PPL

Tujuan dilaksanakannya kegiatan PPL bagi mahasiswa PTK Pascasarjana Unesa adalah sebagai berikut.

1. Untuk pengalaman bagi mahasiswa khususnya penulis sebagai mahasiswa pasca unesa untuk mengenal kondisi lapangan di sebuah SMK.

2. Untuk mempraktikan rancangan pembelajaran yang sudah dibuat dibangku kuliah pada situasi nyata di kelas XI Tata Busana SMK Negeri 2 Jombang.

3. Untuk dipraktikkan pengamatan lapangan menggunakan instrumen pengamatan dan melakukan kegiatan langsung pada siswa tata Busana SMK Negeri 2 Jombang.

C. Manfaat dari PPL

Manfaat yang dapat dirasakan setelah progam pengalaman lapangan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Mahasiswa

a. Menerapkan pengetahuan di bangku kuliah menjadi profesi.

b. Mengembangkan diri dan sebagai sarana untuk memperoleh pengalaman nyata.

c. Mahasiswa dapat menemukan permasalahan dikelas sehingga mereka dapat menambah wawasan dan tahu cara memecahkannya.

2. Bagi Pembaca

a. Menambah pengetahuan

b. Menambah wawasan

3. Bagi Lembaga Pendidikan (Universitas)

a. Meningkatkan mutu universitas melalui peningkatan hasil belajar mahasiswa.

b. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga menghasilkan mahasiswa yang berkualitas dalam dunia pendidikan dan dunia usaha.

BAB II

PELAKSANAAN PPL

A. Subyek dan Deskripsi Lokasi

Kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) oleh mahasiswa dilaksanakan di SMK Negeri 2 Jombang, program studi keahlihan Tata Busana. Siswa sasaran kegiatan PPL adalah siswa kelas XI Tata Busana semester ganjil Tahun Pembelajaran 2013/2014 sebanyak 89 siswa.

Standar kompetensi yang akan dicapai dalam kegiatan PPL adalah mahasiswa mampu mengaplikasikan prinsip-prinsip pembelajaran dalam pembelajaran riil di sekolah. Sedangkan kompetensi dasar yang akan dicapai dalam PPL adalah sebagai berikut:

a. Mahasiswa terampil menyusun perangkat pembelajaran kreatif dan inovatif

b. Mahasiswa terampil melaksanakan praktik pembelajaran riil di kelas dengan model-model pembelajaran kreatif dan inovatif

c. Mahasiswa terampil menyusun laoran menejemen pendidikan di sekolah

d. Mahasiswa memiliki kemampuan membina kerja sama dan terampil melaksanakan hubungan personal dan sosial dengan siswa dan personalia sekolah.

Dalam pelaksanaan PPL, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa meliputi: a) orientasi dan oservasi, b) persiapan mengajar, c) praktik mengajar, d) praktik layanan bimbingan siswa, e) studi administrasi dan pengelolaan sekolah. Masing-masing kegiatan dirinci sebagai berikut:

a. Orientasi dan observasi sekolah

1) Situasi dan observasi sekolah

2) Situasi dan pengelohan sekolah

3) Tugas guru pada umumnya dan tugas guru pamong pada khususnya

b. Persiapan mengajar meliputi persiapan materi dan metode secara tertulis dan persiapan diri dan mental pada setiap kali akan mengajar.

c. Kegiatan praktik mengajar meliputi:

1) Mengisi presensi siswa

2) Melaksanakan prosedur dan metode pengajaran dalam proses belajar mengajar

3) Memanfaatkan sumber daya yang ada secara efektif

4) Membuat atau menggunakan media pembelajaran

5) Latihan mengevaluasi penampilan teman kelas kemudian didiskusikan dengan guru Pamong atau Dosen Pembimbing

6) Mengadakan tatap muka.

7) Mengikuti rapat-rapat yang berhubungan dengan pengembangan guru di sekolah dan MGMP dengan izin kepala sekolah

d. Praktik Layanan Bimbingan Siswa, meliputi:

1) Mengetahui nama-nama siswa di kelas yang akan diajar

2) Mengenal kondisi siswa, diantaranya:

Ø Prestasi belajar (terpandai, terlamban)

Ø Kondisi fisik (cacat, sakit)

Ø Interaksi social (suka mengganggu ketenangan kelas, membantah, bertanya hal-hal yang kurang berhubungan dengan pelajaran)

Ø Ketidakdisiplinan (suka melanggar tata tertib sekolah, tidak memakai seragam, suka membolos, suka menunggak SPP)

3) Mengadakan wawancara dengan siswa.

4) Bersama-sama dengan konselor sekolah membantu memberikan bimbingan kepada siswa yang mempunyai masalah tertentu.

B. Jadwal Kegiatan

Rencana dan pelaksanaan kegiatan PPL secara tabulasi terlihat pada Tabel 1, dimulai dengan pengarahan diakhir bulan September 2013 hingga penyusunan laporan yang berakhir pada awal bulan Januari 2014. Arsir merupakan rencana kegiatan dan pelaksanaan kegiatan. Pada dasarnya seluruh kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana kegiatan. Ada beberapa kegiatan yang mengalami perubahan yang disebabkan berbagai hal yaitu observasi yang dilaksanakan pada awal November 2013.

No

Kegiatan

Sept.

Oktober

November

Desember

Januari

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

1.

Pengarahan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.

Pengurusan ijin ke institusi tempat PPL

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3.

Observasi ke institusi tempat PPL

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4.

Workshop penyusunan perangkat pembelajaran

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5.

Praktik melaksanan PPL

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

6.

Penyusunan laporan PPL

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

C. Kegiatan-kegiatan

1. Observasi

Pada kegiatan PPL ini, teknik observasi digunakan untuk memperoleh data lokasi mana yang akan ditempati PPL mahasiswa pasca. Kegiatan ini diawali dengan meminta ijin melaksanakan PPL kepada jurusan PKK Universitas Negeri Surabaya melalui surat-menyurat dengan Kaprodi PTK PPs Unesa. Kemudian dilanjutkan dengan studi pendahuluan tentang sarana prasarana, guru, siswa, kurikulum, dan lain-lainnya.

Observasi yang dilakukan mahasiswa melalui wawancara kepada ketua prodi tata busana SMK Negeri 2 Jombang, untuk menentukan mata pelajaran apa yang akan dijadikan bahan PPL. Mata pelajaran yang dijadikan bahan PPL adalah Kompetensi Kejuruan yaitu Membuat Busana Wanita ini didalamnya terdapat materi Busana kerja dengan teknik semi tailoring diantaranya adalah memotong bahan, menjahit bagian-bagian busana, menyelesaikan jahitan dengan tangan, menghitung harga jual, dan pengepresan. Secara keseluruhan lokasi, guru dan siswa di SMK Negeri 2 Jombang, menunjukkan kriteria yang sangat baik sehingga kegiatan PPL dapat dilaksanakan di SMK Negeri 2 Jombang.

2. Workshop

Workshop merupakan kegiatan persiapan mengajar yang dilakukan mahasiswa dengan bimbingan dosen pembimbing dan dosen pamong. Persiapan mengajar meliputi persiapan perangkat dan media pembelajaran. Perangkat pembelajaran meliputi silabus, RPP, materi ajar, lembar kegiatan siswa, dan lembar penilaian. Sedangkan media pembelajaran yang dipersiapkan adalah materi presentasi dan praktek yang menggunakan LCD proyektor untuk materi dan alat bahan untuk praktek.

Persiapan mengajar telah dilakukan pada mata pelajaran yang telah disepakati antar mahasiswa, dosen pamong, dan dosen pembimbing yaitu Membuat Busana Wanita ini didalamnya terdapat materi Busana kerja dengan teknik semi tailoring diantaranya adalah memotong bahan, menjahit bagian-bagian busana, menyelesaikan jahitan dengan tangan, menghitung harga jual, dan pengepresan. Seluruh perangkat yang dipersiapkan dapat mengacu pada format yang berlaku di SMK Negeri 2 Jombang. Perangkat dan media pembelajaran telah melalui bimbingan dan revisi, sehingga siap untuk digunakan sebagai alat untuk mengajar.

Seluruh hasil workshop mulai dari silabus, RPP, materi ajar, lembar kerja siswa (LKS), dan lembar penilaian (LP) terlampir pada lampiran.

3. Praktik Mengajar

Praktik mengajar oleh mahasiswa dilakukan pada siswa kelas XI Busana dengan jumlah siswa 89 orang. Model pembelajaran yang dilakukan mahasiswa adalah model pembelajaran langsung, karena pemilihan model ini berkaitan erat dengan jenis materi pembelajaran yang disampaikan. Nur (2011: 18) menyatakan model pembelajaran langsung dirancang untuk membelajarkan siswa tentang pengetahuan yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan secara langkah demi langkah. Sedangkan sintak model pangajaran langsung ada lima yaitu fase 1 klarifikasi tujuan dan motivasi siswa, fase 2 mempresentasikan pengetahuan dan mendemonstrasikan keterampilan, fase 3 memberi latihan terbimbing, fase 4 memeriksa pemahaman dan memberi umpan balik, dan fase 5 memberi latihan lanjutan dan transfer (dalam Nur, 2011: 36).

Pratik mengajar pada Standart Kompetensi Membuat Busana Wanita ini didalamnya terdapat materi Busana kerja dengan teknik semi tailoring diantaranya adalah memotong bahan, menjahit bagian-bagian busana, menyelesaikan jahitan dengan tangan, menghitung harga jual, dan pengepresan. Pada materi Busana kerja dengan teknik semi tailoring pertama siswa dijelaskan pengertian hingga alat bahan yang diperlukan, dan mengisi soal latihan tulis, dan pada minggu berikutnya siswa praktek memotong bahan. Minggu berikutnya lagi teori menjahit bagian-bagian busana dan tes tulis dan pada minggu terakhir adalah praktek pengepresan. Hasil belajar siswa terlampir pada halaman lampiran.

D. Masalah dan Solusi

1. Pelaksanaan PPL

Masalah yang sering dihadapi saat PPL adalah pada saat praktek siswa banyak yang belum menyelesaikan tugas mandiri terstruktur karena terkendala dengan sarana mereka di rumah tidak memadai, rusak dan sebagainya. Sehingga diambil langkah untuk menambah jam pelajaran di luar jam sekolah. Untuk menyelesaikan tugas mandiri terstruktur, maka siswa di beri kesempatan mengerjakan di bengkel sekolah. Dengan langkah solusi yang diambil maka sudah tidak ada masalah karena sudah dibicarakan dengan pihak sekolah dan orang tua siswa.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Semua kegiatan yang dilakukan pada saat PPL sudah terlaksana dengan baik, adanya sedikit masalah itu bukan menjadi hal yang serius karena dapat diatasi dengan mudah. Semua perangkat mengajar mulai dari silabus, RPP, dll sudah terlaksana sesuai dengan perencanaan. Praktek siswa kelas XI tata busana juga sangat baik, hasil baik dan maksimal. Semua siswa antusias dalam praktek karena materi sangat menarik dan mudah untuk dikerjakan. Secara keseluruhan program PPL telah berjalan dengan baik.

B. Saran

Saran bagi Prodi PTK PPs Unesa dengan diselenggarakannya program PPL adalah perbaikan intensitas komunikasi antar kampus, sekolah, dosen, guru, dan mahasiswa, sehingga kegiatan PPL menjadi lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Nur, M. 2011. Model Pembelajaran Langsung. Surabaya: Unesa

Tim, 2012, “Pedoman Program Pengalaman Lapangan Program Studi S2 PTK Universitas Negeri Surabaya”, Surabaya: PTK Unesa

Ernawati,dkk.2008. tata busana jilid 1. Jakarta. Direktorat Pemmbinaan SMK. (hal:108). (Sumber : Buku menjahit step by step Tatiana Vidi)

Roeswoto, Dra. 1986.menjahit pakaian wanita dan anak. Jakarta.PT. Carina Indah Utama. (hal : 15)

Golek, Darminingsih, Sunaryati. 1980. Petunjuk kerja membuat pakaian. Jakarta. Departemen pendidikan. (hal : 44)

Modul SMK.2004.Program Keahlian Tata Busana. Buku 2

 
;